23 May 2016

He Never Died ( 2015 ) : Horror dan humor-gelap vampire anti sosial

Kira-kira apa yang akan kalian lakukan dan rasakan jika kalian mempunyai umur yang panjang? Bukan, maksud gue bukan 80 atau 90 tahun. Tapi, 1000, 3000, atau 5000 tahun. Haha 300 tahun pertama mungkin kalian akan mengisinya dengan banyak pesta, tapi bagaimana 1000 tahun kemudian? nah, Ini jadi menarik.

Seperti judulnya yang spoiler ( He Never Died ), seburuk apapun hal-hal menimpa tokoh sentral kita Jack ( Henry Rollins ), dia nggak bisa mati.  Jack sudah mengalami, melihat dan merasakan banyak sekali peristiwa, berbagai macam profesi pun sudah pernah dia lakoni, dan bagian buruknya adalah dia harus selalu meminum darah dan memakan daging manusia. Apa dia itu vampire? atau kanibal? Tak pernah dijelaskan secara pasti, tapi kemungkinan Jack emang vampire ( atau semacamnya lah ). Pendeknya, dia seorang immortal haus darah  yang sudah melihat dan melakukan banyak hal-hal mengerikan di masa lalu.

Nah, rupanya perjalanan hidup yang demikian panjang  dengan banyak hal buruk yang udah dilaluinya, membuat Jack akhirnya merasa sudah cukup dengan semuanya. Dia muak dengan kehidupannya.  Dia bosan dengan manusia dan perilakunya. Dia sudah ngga tertarik untuk menjalin hubungan dengan orang lain dan itu membuatnya bicara seperlunya saja. Tidak ada emosi atau ekspresi apapun terpancar dari wajahnya. Bosan hingga ke ubun-ubun. Lelah tanpa gairah. Puncak muak. Ya, Jack udah nggak peduli apapun, dia cuma ingin sendiri dan nggak mau diganggu. Titik.

Jadi, yang dilakukan Jack buat ngisi hari-harinya adalah pergi ke tempat makan, lalu ke cafe, dan maen Bingo. Abis itu dia hanya akan tidur-tiduran seharian, mungkin sambil berharap agar bumi ini segera hancur ditabrak meteor atau perang nuklir. Apapunlah yang bisa segera mengakhiri kehidupannya yang memuakkan dan membosankan haha. Sementara itu pasokan darah dia pesan dari orang dalam sebuah rumah sakit ( Jeremy ) yang nyediain darah secara rutin. Rupanya, buat memangsa manusia dan menyedot darahnya pun Jack udah ngerasa muak. Kalo lu nanya duitnya dari mana, Jack punya banyak uang dari hasil menjual barang2 antik dari masa silam.


Rutinitas Jack yang menjemukan ( tapi juga tanpa masalah ) itu rusak ketika pria pemasok darah nya ( Jeremy ) bermasalah dengan kelompok kriminal yang akhirnya malah mengancam keselamatan puterinya. Ini membuat Jack kembali terseret kekerasan yang selama ini sebisa mungkin dihindarinya. 

Gue pikir itulah gagasan utama yang diusung sutradara Jason Krawczyk dalam pilem ini. 
Dia tertarik mengeksplorasi kemungkinan dampak psikologis yang timbul ketika kita sudah cukup lama hidup dengan banyak pengalaman ( kenangan ) buruk didalamnya. 
Dan yang muncul dibenak  Krawczyk adalah karakter Jack yang menjadi anti sosial dan bosan. Ini seperti kisah orang tua introvert yang bermasalah dengan masa lalu ( juga kehidupan sosial di sekitarnya ). Dan emang sejak film ini digerakkan sepenuhnya oleh karakter, penulis skrip tau bahwa untuk membuat film menjadi menarik, maka mereka harus mampu menciptakan karakter sentral yang dekat ( relate ) dengan penonton. Dan mereka berhasil melakukannya. Dalam beberapa hal ( meski banyak melakukan hal buruk ) gue bahkan merasa simpati dan mendukung aksi Jack. Lalu, tambahin itu ama bumbu vampirism dan aksi kekerasan disana sini, maka jadilah He Never Died sebuah horror berbalut humor gelap yang menurut gue sangat fresh dan menarik. 

Humor gelap disini muncul terutama pada bagian perbenturan karakter anti sosial Jack dengan interaksi sosial normal yang kita kenal. Bagaimana tidak, Jack hanya bicara seperlunya. Lihat saja bagaimana Jack berinteraksi dengan orang-orang disekitarnya dan terutama dengan puterinya Andrea, atau Cara ( pelayan cafe yang diam diam tertarik padanya ) haha. Begitu datar dan tanpa ekspresi dan gue pasti bakalan ngejambak rambut sendiri kalo berhadapan dengan orang semacam itu haha. Demikian juga dibagian aksi, kebosanan akut membuat Jack berkelahi dengan tanpa gairah, yang mana menurut gue ini lucu haha. Pada adegan ketika seorang preman memukulnya di depan pintu, Jack dengan ekspresi bosan hanya mendorong preman itu kemudian menutup pintu, lantas kembali ke kasur, berharap bisa ngelanjutin tidur. Itu tentu saja membuat si preman ngedobrak pintu dan langsung nodongin pestol ke kepalanya, dan Jack lagi-lagi dengan ekspresi " goddammit, please just leave me alone " hanya menepis pestol itu acuh tak acuh.  Dan gue suka banget ngeliat reaksi si preman yang kebingungan Haha asli adegan itu absurd & hilarious banget


Sutradara Jason Krawczyk mengaku nama Henry Rollins langsung terlintas dikepalanya ketika menulis karakter Jack. Gue duga ini jelas bukan karena resume Rollins di dunia aktingnya ( yang cukup menyedihkan ), tapi pastilah karena dia seorang massive fan dari Black Flag. Kita semua tau, Henry Rollins adalah pentolan grup ben HC/punk  Black Flag ( era 81-86 ). Menurut Krawczyk, Rollins adalah model sempurna untuk seorang angry social misfit yang udah nyampe level sick of it all. Dan dia akan cocok untuk memerankan karakter Jack. Dan dia bener! Gue pikir Rollins nggak usah berakting dalam pilem ini, dia hanya perlu menjadi darinya sendiri haha meski Rollins sendiri pada kenyataannya ( menurut Krawczyk ) adalah seorang yang humble, lucu, berdedikasi dan sangat professional, tapi darah sosial misfit Rollins sebagai seorang punk yang udah nulis dan menyanyikan lagu semacam 'What i see', 'Depression' dan 'Nothing left Inside', jelaslah masih sangat kental dan itu tercermin dari raut wajah dan sorot matanya.

Henry Rollins sendiri sebelum ini, sudah berkecimpung di dunia akting selama dua dekade dengan terlibat di banyak proyek film. Hanya saja dia selalu kebagian peran kecil ( yang biasanya mati dengan mengenaskan ). Nah, He Never Died adalah pilem pertama Rollins dimana dia mendapat peran utama. Dan gue suka banget performa nya sebagai Jack. Entahlah, ini karena Rollins sebenernya pandai berakting atau dia emang dari sononya punya karakter Jack. Tapi satu yang bisa gue pastiin, peran ini jelas udah ditunggu sangat lama oleh Rollins.

Secara keseluruhan, ini sebenernya bukan pilem yang bagus banget. Dia punya kelemahan terutama di bagian temponya yang agak draggy di pertengahan, endingnya yang agak membingungkan, scoring/soundtrack yang kurang nendang, serta bagian aksi/fight scene yang menurut gue kurang banyak ( more gore, please ) tapi gue punya perasaan kalo semua kelemahan diatas disebabkan masalah biaya produksi saja, jadi gue bisa maafin itu. 
Kekuatan He Never Died jelas terletak pada ide Krawczyk tentang immortal-man anti sosial, yang mana ide itu berhasil nyiptain sajian drama-horror berbalut humor-gelap yang unik. Sangat fresh dan menarik, terutama kalo kita nginget2 pilem2 bertema vampire/immortal akhir-akhir ini tampil tanpa inovasi berarti.
Lebih jauh, kalo kalian mau mikirinnya lebih dalem, mungkin kalian akan ngedapetin pesan tentang orang yang udah 'mati' ketika dia masih idup dan betapa seseorang akan ngebutuhin alesan masuk akal untuk terus ngelanjutin idup. Tapi, kalo kalian lagi males mikirin apa-apa dan cuma pengen sekedar nge turn-off otak sejenakpun, jangan khawatir He Never Died masih masuk ke kategori pilem konyol yang menghibur kok. Worth to watch, terutama buat ditonton sambil ngabisin waktu di bulan Ramadhan yang panas.

Tersiar kabar kalo Krawczyk dan Rollins sedang nge-develop karakter Jack untuk sebuah mini-seri 8 episode. Kayanya itu bakal menarik, semenjak karakter Jack emang punya banyak potensi untuk digali.

Terakhir, ini gue kasih klip dari salah satu lagu Black Flag ( What i see ) yang gue pikir punya lirik yang sama dengan apa yang dirasakan Jack dalam pilem ini. yeaaahhh.... I want to live, i wish i was dead!!



RATING:

No comments:

Post a Comment